Selasa, 01 Oktober 2013

ILA

بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ




Pada bulan Desember-Januari setiap tahun ada pendaftaran ILA. Apa itu ILA? ILA adalah singkatan dari Indonesian Leadership Award. ILA ini merupakan program beasiswa yang diperuntukkan bagi lulusan SMA untuk melanjutkan kuliah di universitas-universitas terbaik dunia.

Pada tahun 2013 ILA dibagi menjadi 3 kelompok.

Kelompok A dapat memilih dua dari 4 program studi ini:
  1. Teknik Sipil, Kyoto University
  2. Teknik Mesin dan Aerospace, Tohoku University
  3. Fisika/Fisika Aplikasi, Nagoya University
  4. Automotive Engineering (Mechanical and Aerospace Engineering and Electrical and Electronic Engineering and Information Engineering), Nagoya University
Kelompok B dapat memilih dua dari 4 program studi ini:
  1. Kimia/Kimia Terapan,Nagoya University
  2. Biologi/Biologi Terapan, Nagoya University
  3. Kimia Material/Molekular, Tohoku University
  4. Biologi Kelautan, Tohoku University

Kelompok C dapat memilih semua universitas negeri di Indonesia.

Jangan salah. Di sini memang tidak ada kelompok C tapi sebenarnya ada. Kalau tidak yakin tanyakan saja ke panitianya. Jangan sampai seperti saya yang baru tahu kalau ada kelompok C saat seleksi tahap 1.

Pendaftarannya cukup mudah, yaitu hanya mengirimkan formulir pendaftaran dan membayar biaya pendaftaran. Tahun 2013 biaya pendaftarnnya Rp250.000,00. Setelah mendaftar, peserta akan dikirimi kartu peserta.

TAHAP 1

Seleksi Tahap 1 adalah tes tertulis. Tesnya itu dibagi per-region. Kebetulan saya tesnya di sekolah sendiri, SMA Negeri 1 Yogyakarta.

Belajar dari mana untuk tes tahap 1? Itu adalah pertanyaan saya waktu itu. Saya pun tanya Mbak Hanani yang lolos ILA 2012. Dia lolos sampai Nagoya tapi lebih milih beasiswa dalam negeri. Kata Mbak Hanani tes ILA itu banyak logika. Matematika kelihatannya susah tapi waktu ngerjain pakai logika aja. Kimia juga logika dan hanya satu soal tentang reaksi turunan benzena yang ada di buku Fessenden. Biologinya ada yang belum diajarin waktu SMA. Terus Mbak Hanani menyarankan baca Campbell.

Lalu bagaimana? Buku apa yang saya baca? Untuk biologi, saya baca Campbell. Kimia baca A Level Cambridge karena saya cari buku Fessenden enggak nemu. Matematika saya baca A Level Cambridge tapi baru H-1. Persiapan ILA itu seperti minim sekali karena sudah mulai tambahan pelajaran UN dan TPM.

Saat seleksi Tahap 1 kelompok A harus mengerjakan Matematika, Fisika, Kimia, dan bahasa Inggris. Sedangkan kelompok B dan C harus mengerjakan Matematika, Biologi, Kimia, dan bahasa Inggris. Soalnya pilihan ganda dan dikerjakan dalam waktu 150 menit.

Bagaimana soal seleksi yang saya kerjakan? Menurutku tidak seseram yang dibayangkan. Kalau dibandingkan soal UN, soal ILA memang lebih susah. Untuk biologi, baca memang cukup membantu. Jangan lupa diisi semua waktu mengerjakan soal karena ini tidak menggunakan sistem minus. 


Epat hari setelah seleksi sudah ada hasilnya. Alhamdulillaah. Dari Yogyakarta yang lolos adalah saya dan Anggi (teman sekelasku sejak kelas XI).


Pada seleksi tahap 1 kelompok A diambil 26 orang, kelompok B 24 orang, dan kelompok C 8 orang.

TAHAP 2

Seleksi tahap 2 adalah tes bahasa Inggris dan interview dengan bahasa Inggris. Seleksi tahap 2 ini dilaksanakan di LPMP Jakarta.

Bagaimana belajar untuk tes tahap 2? Pertanyaan semacam itu muncul lagi. Kata Mbak Hanani tes tertulis bahasa Inggrisnya seperti simulasi IELT sehingga saya pun belajarnya pakai buku Barron's IELTS.

Saya dan Anggi pergi Jakarta bersama naik kereta. Petualangan dengan Anggi pun di mulai. Banyak kejadian yang terjadi. Menegangkan, panik, dan lucu. Saking komplitnya, saat ujian praktek bahasa Jepang, saya dan Anggi menulis karangan tentang pengalaman ini.

Kami berangkat naik kereta pada malam hari. Beberapa menit sebelum kereta datang, Anggi baru ingat kalau belum sholat. Tut... Tut... Kereta kami datang. Saya masih menunggu Anggi. Lima menit sebelum kereta berangkat, Anggi belum datang juga. Saya langsung lari meninggalkan tas milik kami untuk memanggil Anggi. Anggi yang baru memakai sepatunya pun bertanya-tanya kenapa saya lari terengah-engah. "Ayo! Kereta sudah mau berangkat!", seruku. Kami pun lari mengambil tas lalu masuk ke kereta. Alhamdulillaah, kami tidak ketinggalan kereta. Karena capek, di kereta kami pun tidur.

Keesokkan harinya...

Pukul 05.50, pukul 05.55, pukul 06.00, berulang kali saya melihat jam. Wah, keretanya telat. Padahal kami mulai tes pukul 08.00. Panik yang kedua terjadi. Yang dapat kami lakukan hanya berdoa. Pukul 06.15 kereta baru sampai. Pukul 06.30 kami baru meninggalkan stasiun. Kami yang buta peta Jakarta ini baru tahu kalau jarak dari stasiun ke tempat tes cukup jauh. Pukul 07.15 kami baru sampai tempat tes. Saatnya lapor kedatangan ke panitia. Panitianya ditungguin kok tidak segera datang. Baru pukul 07.30 panitianya baru datang. Tinggal 30 menit lagi. Kami pun bergegas makan dan mempersiapkan diri untuk tes. Apakah yang terjadi berikutnya? Tes diundur sampai pukul 09.00. Alhamdulillaah, yang penting kami tidak telat.

Sudah cukup intermezzo-nya ya.

Saatnya tes. Tes dilakukan di dalam ruangan seperti kelas bukan hall. Sehingga Kelompok A tes wawancara di lantai atas. Kelompok B dan C tes bahasa Inggris di bawah. Tes bahasa Inggisnya berupa listening, grammar, dan reading. Menurutku, mirip TOEFL. Selain itu disuruh menulis esai bahasa Inggris. Essainya harus menjawab pertanyaan yang diberikan. Kalau tes wawancaranya seperti tes wawancara beasiswa pada umumnya. Bisa ditebakkan?

Tanggal 20 Januari 2013 sudah ada pengumuman tahap 2. Alhamdulillaah, saya lolos. Saya masuk kelompok A1 (Exam Fee 100% ditanggung ILA). Ada 15 orang yang masuk kelompok A1. Kelompok A2 (Exam Fee 100% ditanggung peserta) ada 12 orang. Kelompok B (beasiswa PTN Indonesia) ada 5 orang. Kelompok C (cadangan dalam negeri) ada 7 orang.



Namun, saya memilih  mengundurkan diri dan dijadikan kategori cadangan beasiswa perguruan tinggi negeri Indonesia. Alasannya:

  1. Kalau lanjut dan keterima di Nagoya saya hanya akan dibiayai kuliahnya saja (tanpa biaya hidup). Kok bisa? Karena saya berada di kelompok B. Saya baru tau tentang ini saat
  2. interview.
  3. Kalau saya lanjut dan keterima lalu saya mengundurkan diri saya harus mengganti
  4. exam fee.
  5. Beasiswanya ini tidak bisa dialokasikan ke universitas lain. Beasiswa ini hanya bisa digunakan di Jepang dan pada universitas tempat kita diterima. Tidak dapat digunakan di universitas lain di Jepang, negara lain, maupun program internasional di Indonesia.
Menjadi cadangan itu tidak enak. Tidak jelas posisinya. Saat tes wawancara, saya diberi tahu bahwa cadangan berhak menjadi calon penerima beasiswa jika kategori penerima beasiswa PTN Indonesia dan cadangan di atas saya tidak lolos SNMPTN. Semakin bimbanglah saya. Orang yang terseleksi ini kan sudah pasti pintar, kemungkinan tidak lolos SNMPTN tentu sangat kecil.

TAHAP 3

Bagi yang ingin tahu tahap 3 seperti apa, saya tetap akan memberi tahu informasinya. Seleksi tahap 3 adalah interview dengan universitas partner (Kyoto University, Nagoya University, dan Tohoku University). Seleksinya dimana? Terserah mau di mana aja.  Kok bisa? Soalnya pakai Skype.

Tanggal 28 Mei 2013 adalah pengumuman SNMPTN. Alhamdulillaah, saya diterima. Tak lama kemudian tanggal 31 Mei 2013 saya ditawari beasiswa Surya University. Surya University? Belum pernah denger? Surya University adalah universitas yang didirikan oleh Prof. Yohanes Surya Ph.D. Universitas ini baru diresmikan tanggal 9 Maret 2013. Bagi yang tertarik, bisa lihat di sini. Syarat-syarat beasiswanya gampang tapi saya tidak berani menjadi generasi pertama di universitas tersebut. Padahal ada jurusan neuroscience. O iya, kok tiba-tiba saya dapat tawaran beasiswa ini? Sepertinya semua yang lolos tahap 2 ILA ditawari.

Sudah beberapa hari setelah pengumuman SNMPTN tapi tidak ada informasi dari ILA. Bagaimana ini nasip si Cadangan? Akhirnya awal Juni saya tanya ILA dan baru dibalas satu bulan kemudian. Ternyata, saya tetap bisa ikut seleksi beasiswa PTN Indonesia. Bersyukur lagilah saya. Ya, semua yang lolos tahap 2 dan diterima di PTN Indonesia boleh ikut seleksi beasiswa dalam negeri yang diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Indonesia. Program beasiswanya ini bernama Beasiswa Unggulan (BU). 

Setelah selesai melengkapi persyaratan BU, saya ditawari beasiswa Turki. Wah, ini impian saya sejak SD untuk sekolah di sana. Beasiswa PENUH (tuition fee dan living cost). Beasiswa ini akan diberikan oleh Pemerintah Turki untuk pilihan program studi di BERBAGAI jurusan di beberapa universitas di Turki yaitu Istanbul dan Cyprus (diantaranya Middle East Technical University (METU), University of Turkish Aeronautical Association, Turk Hava Kurumu University, Kirikkale University, Gazi University). Kurang apa coba? Tinggal wawancara aja. Diambill tidak ya? Akhirnya tidak saya ambil. Saya sudah merasa yakin S1 di Pendidikan Dokter UGM. Apalagi saya sudah bayar UKT semester 1-nya.

Tanggal 11 September, beberapa bulan setelah mendaftar BU, saya baru dikirimi surat rekomendasi beasiswa dari ILA. Ternyata jumlah beasiswa yang direkomendasikan sesuai UKT. Kalau saya, UKT x 4 tahun + buku Rp1.500.000,00 x 4 tahun + biaya penelitian + biaya pengembangan. Hitung sendiri ya. O iya, padahal kuliah di PD itu butuh waktu 3,5 tahun untuk S1 dan 2 tahun koas. Sehingga untuk 1,5 tahun sisanya harus cari beasiswa sendiri lagi. Perlu diketahui bahwa jumlah BU tahun ini lebih banyak dari sebelumnya. Teman saya lulusan 2012 yang menjadi mahasiswa PD dapat beasiswanya hanya 50 juta-an.


Kalau saya baca di panduan BU, pengumuman beasiswa pada bulan Desember. Namun, saya diberi ILA bahwa pengumumannya akhir Oktober hingga awal November 2013. Entahlah mana yang benar.

Kesimpulan dari posting saya yang panjang ini adalah daftar aja ILA. Walaupun harus mengeluarkan uang untuk pendaftaran, kalau keterima enggak rugi kok. Kalian bakal ditawari banyak beasiswa yaitu beasiswa Jepang (kalau daftar kelompok ini), beasiswa PTN (kalau tidak daftar kelompok Jepang, tidak lolos ke Jepang, atau mengundurkan diri dari Jepang), beasiswa Surya University, dan beasiswa Turki. Beasiswa dalam negerinya siapa tahu lebih besar lagi yang akan diberikan. Terus kalau lolos ke tahap 2, kalian bisa dapet temen baru dari seluruh daerah di Indonesia yang kemungkinan bakal jadi temen kuliah kalian. Saya sekarang di PD UGM ketemu banyak temen yang dulu ikut tes tahap 2. 

References
Pengalaman saya dan teman-teman
http://www.beasiswaunggul.org
Buku Panduan BU 2013

Uji Keberuntungan Daftar Kuliah di Singapura

بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ



Dari judulnya aja udah bisa ditebak bagaimana isinya. Enggak coba-coba juga sih. Ada niatan ingin melanjutkan sekolah di luar negeri tapi ini pertama kalinya saya melenceng dari jalan yang lurus-lurus aja (belajar di sekolah negeri Yogyakarta). 

Saya sudah mulai kepo National University of Singapore (NUS) dan Nanyang Technology University (NTU) sejak awal kelas XI SMA. Ternyata yang tertarik daftar di dua universitas tersebut tidak hanya saya. Ada Amil, Qanita, Nita, dan Ela. Kami pun berjuang bersama. Tanya sana-sini, ngurus ini-itu bersama. FYI pendaftaran NUS dan NTU itu tahun 2012 bareng (sekitar bulan Oktober-Desember) tapi pendaftaran NUS-nya tutup lebih dahulu.

SELEKSI DOKUMEN

Pertama adalah seleksi dokumen. Untungnya sekarang NUS pengumpulan dokumennya online jadi enggak usah dikirim lewat pos. Pengisian admission form dan pengumpulan dokumennya enggak susah kok karena ada panduannya. O iya, kami berlima daftarnya yang jalur Nilai Ujian Nasional jadi nilai yang dimasukin ke formnya adalah nilai rapor. Untuk NUS, nilai yang dipakai adalah nilai mata pelajaran UN semester 4. Kalau NTU, nilai mata pelajaran UN semester 1-4. Agak mirip dengan pendaftaran SNMPTN ya. Bedanya kalau daftar di NUS dan NTU, kita bisa memilih 5 fakultas. 

Setelah apply, saatnya menunggu pengumuman. Di saat-saat seperti ini saya penasaran mencoba soal University Entrance Examination (UEE). Entah kenapa saya lebih tertarik mengerjakan soal UEE NUS dari pada NTU. Apakah feeling?

Pengumuman keduanya sama-sama bulan Januari tapi pengumuman NTU lebih dahulu. 

Tanggal 3 Januari saya dapat e-mail dari NTU. Alhamdulillaah, saya tidak lolos. Loh kok malah bersyukur? Ya, karena kalau lolos bahkan keterima di sini berarti saya tidak akan menjadi dokter. Saya di NTU daftarnya fakultas-fakultas yang berhubungan dengan komputer. Jangan salah ya, walaupun namanya technology university, NTU punya Medicine Faculty lho. Fakultasnya ini baru dibuka. Tapi berhubung telat daftar dan tes, saya milihnya fakultas yang berhubungan komputer. 

Keesokkan harinya....

Ternyata dari kami berlima yang lolos NTU hanya Amil. MasyaaAllah. Hebat sekali. Kata Nita, kalau daftar universitas di Singapura itu nilai rapornya harus di atas 85. Pantas saja saya tidak lolos. Nilai semester 1-ku tidak lebih dari 85.

Tanggal 11 Januari adalah pengumuman NUS. Sore hari saya buka e-mail, tidak ada e-mail dari NUS. Malam hari waktu les, Nita bilang kalau Amil lolos NUS. Saya pikir saya tidak lolos karena sebelum les saya check tidak ada e-mail dari NUS. Sepulang les saya coba check e-mail lagi. Alhamdulillaah, saya lolos. Kalau yang ini saya bersyukurnya karena saya pilih Medicine Faculty.


SELEKSI TERTULIS (UEE)


Setelah itu saya mendaftar UEE. Saya wajib ikut matematika A Level dan bahasa Inggris. Selain itu saya disuruh milih Biology, Chemistry, Physics atau Humanities sesuai program yang saya pilih. Saya akhirnya memilih Biologi dan Kimia sedangkan Fisika tidak saya pilih. Lalu bagaimana akibatnya kalau saya tidak memilih Fisika padahal pilihan saya setelah Medicine adalah Computer Engineering, Computing (Computer Science Course), Computing (Information Systems Course), dan Electrical Engineering? Ya, pilihan ke-2 sampai ke-5 saya seperti terhapus. Sekarang saya seperti hanya memilih Medicine.

Perlu diketahui bahwa pengumuman NUS waktu itu hanya dua minggu sebelum UEE dan waktu itu sudah mulai ada TPM sehingga saya hanya belajar seadanya. Hal pertama yang saya lakukan adalah baca silabus. Lalu membaca Campbell untuk biologi, Longman A Level untuk kimia dan Cambridge A Level untuk matematika. Setelah membaca baru mengerjakan contoh soal yang ada di web.

Saya berangkat ke Jakarta bersama Amil naik kereta api. Kami berangkat dua hari sebelum tes agar ketika tes tidak dalam kondisi lelah.

Waktu tes saya melihat peserta lain membaca buku latihan soal untuk masuk NUS yang diterbitkan di Singapura. Oh, saya malah baru tahu kalau ada buku itu. Ya, di sekolah saya memang informasi kuliah di NUS sangat sedikit bahkan tidak ada. Angkatan terakhir yang kuliah di sana saya angkatan 2010.


Bagaimana soal tesnya? Soal ujian biologinya semua multiple choice. Tipe soal mirip contoh yang ada di web. Soal bahasa Inggrisnya 80 multiple choice dan essay. Ini mirip TOEFL. Soal kimia dan matematika seperti A Level. 
Setelah selesai tes, saya pulang. Saya sampai di Yogyakarta pukul 06.10 padahal pada hari itu saya harus ikut TPM MKKS 1. Saya pun dari stasiun langsung berangkat sekolah. Di kelas tiga ini saya seperti benar-benar belajar berjuang untuk meraih sesuatu.


Bulan April, Amil sudah dapat e-mail bahwa dia lolos UEE. Tapi, kenapa saya belum?  Sepertinya saya tidak lolos UEE. Tanggal 10 Juni saya baru dapat e-mail bahwa saya tidak lolos.

SELEKSI SELANJUTNYA

Informasi seleksi selanjutnya ini berasal dari teman saya karena saya tidak lolos ke tahap ini. Sekitar bulan Mei, setelah UN, diadakan seleksi lanjutan di kampus NUS. Di Singapura? Ya. Di sana peserta seleksi disuruh mengerjakan soal kalkulus dan diwawancarai dengan bahasa Inggris. Kalau kalian pernah membaca di web NUS ada seleksi dengan mengerjakan tugas di rumah, itu kata teman saya tidak ada.


Nah, sudah ada gambaran kan mengenai seleksi NTU dan NUS? Tipsnya kalau benar-benar ingin lolos UEE, belajarnya jangan setengah-setengah seperti saya. Contohnya saja teman saya. Dia rela tidak berangkat les persiapan UN untuk belajar UEE. Hasilnya, dia bisa lolos UEE.

References
pengalaman saya dan teman-teman
www.nus.edu.sg/oam/#
admissions.ntu.edu.sg/UndergraduateAdmissions/Pages/default.aspx