Rabu, 28 Mei 2014

Pengumuman Perguruan Tinggi


بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ




Kemarin tanggal 27 Mei 2014 telah diumumkan peserta yang diterima Perguruan Tinggi Negeri (PTN) jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Ada yang gembira, ada yang sedih.

Aku menjadi teringat kisah satu tahun yang lalu. Alhamdulillaah. Itu yang dapat saya ucapkan ketika membaca pengumuman SNMPTN. Saat itu saya sedang menderita Dengue Hemorrhagic Fever (DHF). Saya tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika saya tidak diterima. Saya harus belajar soal-soal SBMPTN di saat badan tergolek lemah.

Semua takdir, Allah yang menentukan.
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua perkara yang ghaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia Maha Mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tidak ada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak juga sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan telah tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).”(Qs. Al-An’aam: 59)  
Menurut saya diterima di perguruan tinggi dengan jalur apa pun memiliki hikmahnya masing-masing. Terbukti orang yang diterima melalui jalur tertulis lebih paham materi MIPA/IPS secara mendetil. Sehingga ketika kuliah materi tersebut diulang, ingatan mereka lebih fresh. Orang yang diterima jalur SNMPTN pun memiliki banyak manfaat jika orang tersebut mau memanfaatkannya. Libur sekitar empat bulan, terhitung sejak pengumuman, bukanlah waktu yang singkat. Pada saat libur seperti itu, kita dapat mengisi waktu dengan menghadiri kajian, memperdalam kemampuan non akademik (misalnya les bahasa Arab), atau mulai mempelajari materi kuliah.


Terasa berat memang orang yang belum beruntung di SNMPTN bangkit lagi untuk berjuang di SBMPTN. Tapi, janganlah berhenti berusaha! Lihatlah ada teman kita yang rela mengikuti tes setahun, dua tahun, bahkan tiga tahun setelah tahun kelulusannya.

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
(QS Ar-Ra'd: 11) 
Orang yang sakit, seperti saya, tidak perlu bersedih. Banyak juga hikmah yang dapat diambil. Ya, saya belajar ilmu kedokteran ketika saya sakit. Ketika saya periksa ke dokter, saya belajar anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan edukasi. Yang masih membekas dalam ingatan saya adalah edukasi pasien. Saat itu dokter bilang kalau saya harus dirawat inap (opname) karena saat fase kritis darah rembes. Saya melihat ekspresi ibu saya berubah panik seketika. Setelah saya belajar di FK, saya baru paham. Darah rembes itu maksudnya plasma darah yang keluar dari pembuluh darah pada DHF. Edukasi kepada pasien awam memang susah. Ketika di-opname, dokter pun mengatakan bahwa kalau saya jadi dokter kelak, saya harus membuat beberapa diagnosis. Dan setelah saya belajar ilmu kedokteran, yang dimaksud dokter tersebut adalah differential diagnosis. Tak hanya itu, ketika sekarang blok imun saya membaca hasil laboratorium, saya jadi lebih dapat memahami tentang DHF.


Jadi, jangan lupa bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan.

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?(QS Ar-Rahman)


Baca juga
http://muslimah.or.id/aqidah/iman-kepada-takdir-baik-dan-takdir-buruk.html 

0 komentar:

Posting Komentar